Disusun Oleh :
Yayan Arianto, SST., MP.
Penyuluh Kehutanan Muda
Perubahan
lingkungan daerah tropika berkaitan dengan permasalahan seperti pembukaan hutan
alam, degradasi lahan, dan perluasan lahan kritis, kepunahan tumbuh-tumbuhan
dan satwa, kebakaran hutan dan sebagainya.
Semakin
beratnya permasalahan tersebut telah mendorong munculnya sebuah ilmu baru yang
berupaya mengenali dan mengembangkan keberadaan system wanatani yang telah
dikembangkan petani di wilayah tropika yaitu ilmu wanatani (agroforestry).
Wanatani
adalah suatu bentuk pemanfaatan lahan secara optimal dalam satu tapak (site)
yang mengusahakan produksi biologis berdaur pendek dan berdaur panjang
(merupakan kombinasi kegiatan kehutanan dengan kegiatan pertanian) berdasarkan
kelestarian baik secara serempak ataupun beruntun di dalam dan di luar kawasan
hutan untuk kesejahteraan masyarakat.
Dalam
system wanatani terjadi interaksi ekologi antara pohon dan komponen lainnya di
atas permukaan lahan (above ground)
maupun di bawah permukaan (below ground).
Bentuk-bentuk
wanatani di Indonesia
Perbedaan
system wanatani menurut waktu dan pertumbuhan tanaman :
1. Sistem
Wanatani bergilir yaitu system wanatani dimana tanaman kayu-kayuan dan tanaman
pertanian ditanam secara bergantian.
2. Sistem
Wanatani simultan yaitu system wanatani dimana tanaman kayu-kayuan ditanam
secara bersamaan dengan tanaman pertanian pada sebidang tanah.
Bentuk
wanatani yang umum di Indonesia
:
1.
Perladangan
berpindah (Shifting cultivation)
Dalam
system ini karena keterbatasan hara mineral tanah, setelah budidaya tanaman pertanian pada beberapa
musim kesuburan tanah merosot drastic. Restorasi kesuburan tanah dilakukan
dengan cara memberakan lahan dengan membiarkan lahan mengalami suksesi alam,
dengan demikian kelestarian system ini ditentukan oleh lamanya waktu bera.
2.
Sistem
bera yang disempurnakan (Managed tree fallows)
Merupakan
perbaikan dari system perladangan berpindah, dimana pada masa bera dilakukan perlakuan sehingga selain
lahan menjadi lebih produktif masa bera juga semakin pendek. Bera berarti tanah
kosong yang tidak ditanami sementara waktu tetapi sebelumnya telah ditanamai
selama beberapa tahun dan akan ditanami kembali di waktu mendatang.
3.
Tanam
Gilir (Relay Intercropping)
Hamper
sama dengan system bera yang disempurnakan, hanya disini pohon ditanam lebih
awal yaitu bisa bersama dengan tanaman pertanian atau beberapa saat sebelum
tanaman semusim ditanam, sehingga ada masa overlapping.
4.
Tumpangsari
(Taungya)
Sitem
wanatani yang didesain untuk memnuhi kebutuhan petani akan lahan pertanian.pada
tumpangsari konvensional petani hanya diperkenankan untuk menanam tanaman
pangan diantara pohon-pohon yang masih muda selam dua tahun. Dikembangkan oleh
penjajah Belanda di Pulau jawa pada pengelolaan hutan jati dengan maksud untuk
menghemat biaya penanaman.
5.
Sistem
Kebun Talun
Terdiri
dari tiga tahap yaitu kebun, kebun campuran, talun. Talun hutan rakyat
merupakan system yang berada di luar areal pemukiman yang ditumbuhi tanaman
hutan dan tanaman tahunan lainnya.
6.
Sistem
berstrata banyak
Suatu
keterpaduan yang intensif antara jenis-jenis tanaman hutan dan tanaman
perladangan, membentuk suatu system yang mirip dengan hutan dengan strata
berlapis-lapis.
7.
Pekarangan
Merupakan
campuran antara tanaman tahunan, tanaman umur panjang dan ternak di pekarangan
sekitar rumah. Banyak dikembangkan di Pulau Jawa.
8.
Sistem
Tiga Strata
System
tiga strata adalah metode penanaman dan pemanenan rerumputan, tanaman legume,
semak dan pepohonan sedemikian rupa sehingga pakan ternak tersedia sepanjang
tahun. Lapisan pertama terdiri dari rerumputan dan legume dimaksudkan untuk
menghasilkan pakan pada awal musim penghujan. Lapisan kedua terdiri dari
semak-semak dimaksudkan untuk menyediakan pakan pada pertengahan dan akhir
musim hujan. Lapisan ketiga terdiri dari pepohonan dimaksudkan sebagai penyedia
pakan pada musim kemarau. Banyak dikembangkan di daerah Bali .
9.
Budidaya
Lorong (Alley Cropping)
System
pertanian lorong adalah suatu system dimana tanaman pangan ditanam pada lorong
(alley) di antara barisan tanaman legume (pagar) dan tanaman legume dipangkas
secara regular dan pemangkasannya digunakan sebagai mulsa untuk penyubur tanah.
Dikembangkan di daerah Nusa Tenggara
10. Budidaya lorong pada lahan miring
Wanatani ini telah dikembangkan sejak tahun
80-an,yaitu berupa penanaman larikan pada garis-garis kontur dengan jenis legume.
Sebelum tahun 1986, jenis tanaman utama yang dikembangkan adalah Lamtoro gung,
kemudian diganti dengan Gamal dan Kaliandra. Sistem ini banyak di kembangkan di
daerah Nusa Tenggara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar