Selamat Datang

Selamat datang di blog KJF Distanhutbun

Jumat, 07 Oktober 2011

AGROFORESTRY

Disusun Oleh : 
Yayan Arianto, SST., MP.
Penyuluh Kehutanan Muda

Perubahan lingkungan daerah tropika berkaitan dengan permasalahan seperti pembukaan hutan alam, degradasi lahan, dan perluasan lahan kritis, kepunahan tumbuh-tumbuhan dan satwa, kebakaran hutan dan sebagainya.
Semakin beratnya permasalahan tersebut telah mendorong munculnya sebuah ilmu baru yang berupaya mengenali dan mengembangkan keberadaan system wanatani yang telah dikembangkan petani di wilayah tropika yaitu ilmu wanatani (agroforestry).
Wanatani adalah suatu bentuk pemanfaatan lahan secara optimal dalam satu tapak (site) yang mengusahakan produksi biologis berdaur pendek dan berdaur panjang (merupakan kombinasi kegiatan kehutanan dengan kegiatan pertanian) berdasarkan kelestarian baik secara serempak ataupun beruntun di dalam dan di luar kawasan hutan untuk kesejahteraan masyarakat.
Dalam system wanatani terjadi interaksi ekologi antara pohon dan komponen lainnya di atas permukaan lahan (above ground) maupun di bawah permukaan (below ground).
Bentuk-bentuk wanatani di Indonesia
Perbedaan system wanatani menurut waktu dan pertumbuhan tanaman :
1.      Sistem Wanatani bergilir yaitu system wanatani dimana tanaman kayu-kayuan dan tanaman pertanian ditanam secara bergantian.
2.      Sistem Wanatani simultan yaitu system wanatani dimana tanaman kayu-kayuan ditanam secara bersamaan dengan tanaman pertanian pada sebidang tanah.

Bentuk wanatani yang umum di Indonesia :
1.    Perladangan berpindah (Shifting cultivation)
Dalam system ini karena keterbatasan hara mineral tanah, setelah  budidaya tanaman pertanian pada beberapa musim kesuburan tanah merosot drastic. Restorasi kesuburan tanah dilakukan dengan cara memberakan lahan dengan membiarkan lahan mengalami suksesi alam, dengan demikian kelestarian system ini ditentukan oleh lamanya waktu bera.

2.    Sistem bera yang disempurnakan (Managed tree fallows)
Merupakan perbaikan dari system perladangan berpindah, dimana pada masa  bera dilakukan perlakuan sehingga selain lahan menjadi lebih produktif masa bera juga semakin pendek. Bera berarti tanah kosong yang tidak ditanami sementara waktu tetapi sebelumnya telah ditanamai selama beberapa tahun dan akan ditanami kembali di waktu mendatang.

3.    Tanam Gilir (Relay Intercropping)
Hamper sama dengan system bera yang disempurnakan, hanya disini pohon ditanam lebih awal yaitu bisa bersama dengan tanaman pertanian atau beberapa saat sebelum tanaman semusim ditanam, sehingga ada masa overlapping.
4.    Tumpangsari (Taungya)
Sitem wanatani yang didesain untuk memnuhi kebutuhan petani akan lahan pertanian.pada tumpangsari konvensional petani hanya diperkenankan untuk menanam tanaman pangan diantara pohon-pohon yang masih muda selam dua tahun. Dikembangkan oleh penjajah Belanda di Pulau jawa pada pengelolaan hutan jati dengan maksud untuk menghemat biaya penanaman.

5.    Sistem Kebun Talun
Terdiri dari tiga tahap yaitu kebun, kebun campuran, talun. Talun hutan rakyat merupakan system yang berada di luar areal pemukiman yang ditumbuhi tanaman hutan dan tanaman tahunan lainnya.

6.    Sistem berstrata banyak
Suatu keterpaduan yang intensif antara jenis-jenis tanaman hutan dan tanaman perladangan, membentuk suatu system yang mirip dengan hutan dengan strata berlapis-lapis.

7.    Pekarangan
Merupakan campuran antara tanaman tahunan, tanaman umur panjang dan ternak di pekarangan sekitar rumah. Banyak dikembangkan di Pulau Jawa.

8.    Sistem Tiga Strata
System tiga strata adalah metode penanaman dan pemanenan rerumputan, tanaman legume, semak dan pepohonan sedemikian rupa sehingga pakan ternak tersedia sepanjang tahun. Lapisan pertama terdiri dari rerumputan dan legume dimaksudkan untuk menghasilkan pakan pada awal musim penghujan. Lapisan kedua terdiri dari semak-semak dimaksudkan untuk menyediakan pakan pada pertengahan dan akhir musim hujan. Lapisan ketiga terdiri dari pepohonan dimaksudkan sebagai penyedia pakan pada musim kemarau. Banyak dikembangkan di daerah Bali.

9.    Budidaya Lorong (Alley Cropping)
System pertanian lorong adalah suatu system dimana tanaman pangan ditanam pada lorong (alley) di antara barisan tanaman legume (pagar) dan tanaman legume dipangkas secara regular dan pemangkasannya digunakan sebagai mulsa untuk penyubur tanah. Dikembangkan di daerah Nusa Tenggara

10.  Budidaya lorong pada lahan miring
      Wanatani ini telah dikembangkan sejak tahun 80-an,yaitu berupa penanaman larikan pada garis-garis kontur dengan jenis legume. Sebelum tahun 1986, jenis tanaman utama yang dikembangkan adalah Lamtoro gung, kemudian diganti dengan Gamal dan Kaliandra. Sistem ini banyak di kembangkan di daerah Nusa Tenggara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar